MAKALAH
KESALAHAN
PEMBENTUKAN DAN PEMILIHAN KATA
DISUSUN:
SUYADI
NPM:
13.11.267
KELAS:
C.1.12
FAKULTAS
EKONOMI
JURUSAN
EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS
BATURAJA
TAHUN
2013
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULULUAN................................................................................. iii
1.1.LATAR
BELAKANG.............................................................. iii
1.2.RUMUSAN
MASALAH.......................................................... iv
1.3.TUJUAN.................................................................................... iv
1.4.MANFAAT............................................................................... v
BAB
II
A.
PENGERTIAN KESALAHAN BERBAHASA.................................. 1
B.
KESALAHAN PEMBENTUKAN DAN PEMILIHAN KATA.......... 4
2.1.Kesalahan
Pembentukan Kata.................................................... 4
2.2.Kesalahan
Pembentukan dan Pemilihan Kata............................ 6
BAB
III
PENUTUP................................................................................................... 12
3.1.KESIMPULAN......................................................................... 12
3.2.SARAN...................................................................................... 12
3.3.DAFTAR
PUSTAKA................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Bahasa merupakan salah satu milik manusia yang
tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang
berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai
oleh bahasa. Salah satu kegiatan manusia yang setiap hari dilakukan adalah
berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, bahasa memiliki peranan penting untuk
menyampaikan berita.
Untuk menyampaikan berita (pesan, amanat, ide,
dan pikiran) dibutuhkan bahasa yang singkat, jelas, dan padat. Fungsinya adalah
agar segala sesuatu yang disampaikan mudah dirnengerti. Namun, dalam
menggunakan bahasa tersebut pemakai bahasa tetaplah mengikuti kaidah-kaidah
atau aturan yang benar karena bahasa yang benar akan dijadikan acuan atau model
oleh rnasyarakat pemakai bahasa, clan ragam itu digunakan dalam situasi resmi.
Kenyataannya sekarang banyak pemakai bahasa yang tidak menyadari bahwa bahasa
yang digunakan tidak benar atau masih terdapat kesalahan-kesalahan.
Dalam pemakaian bahasa sehari-hari sering kita tidak menyadari
apakah pemakaian bahasa kita lakukan itu, apakah sudah benar atau tidak. Dalam
ilmu bahasa Indonesia, bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang memenuhi
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Akan tetapi kesalahan berbahasa indonesia masih banyak
dijumpai dalam lingkungan sekitar kita, baik dalam bahasa lisan maupun
tertulis.
Mata kuliah ini membahas hakikat analisis
kesalahan berbahasa dilihat dari kesalahan pembentukan dan pemilihan kata,
sumber kesalahan dan proses terjadinya kesalahan berbahasa, jenis-jenis dan
klasifikasi kesalahan berbahasa.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar
belakang di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Pengertian Kesalahan Berbahasa ?
2.
Kesalahan Pembentukan Kata ?
3.
Kesalahan Pembentukan Dan Pemilihan Kata ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan – tujuan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Menjelaskan Pengertian Kesalahan Berbahasa
2.
Menjelaskan Kesalahan Pembentukan Kata
3.
Menjelaskan Kesalahan Pembentukan Dan Pemilihan Kata
1.4
A. Pengertian Kesalahan
Berbahasa
Kesalahan berbahasa
adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang
meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa
Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari
sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam
buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. S. Piet Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistik menjelaskan
bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa. Pelanggaran
ini disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan pengetahuan terhadap kode.
Kesalahan berbahasa tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari B2
(bahasa yang dipelajari siswa), tetapi juga dibuat siswa yang belajar B1 (bahasa
ibu).
Sedangkan analisis
kesalahan berbahasa adalah suatu cara atau langkah kerja yang biasa digunakan
oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi
kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan dan mengevaluasi
taraf keseriusan kesalahan berbahasa.
Kesalahan berbahasa
biasanya ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan. Apakah bahasa (ujaran
atau tulisan) si pembelajar bahasa itu berterima atau tidak bagi penutur asli
atau pengajarnya. Jadi, jika pembelajar bahasa Indonesia membuat kesalahan,
maka ukuran yang digunakan adalah apakah kata atau kalimat yang digunakan
pembelajar benar atau salah menurut penutur asli bahasa Indonesia. Jika kata
atau kalimat yang digunakan pembelajar bahasa tadi salah, dikatakan pembelajar
bahasa membuat kesalahan. Ukuran berbahasa yang baik ini adalah
ukuran intrabahasa atau intralingual. Ukuran kesalahan dan
ketidaksalahan intrabahasa adalah ukuran kebahasaan. Ukuran kebahasaan meliputi
:
- fonologi(tata bunyi)
- morfologi(tata kata)
- sintaksis(tata kalimat)
- semantic(tata makna)
Seorang pakar
linguistik Noam Comsky membedakan antara kesalahan berbahasa(error) dengan
kekeliruan berbahasa(mistake), keduanya memang sama-sama pemakaian bentuk
tuturan yang menyimpang, akan tetapi kesalahan berbahasa terjadi secara
sistematis karena belum dikuasainya kaidah bahasa yang benar. Sedangkan
kekeliruan berbahasa bukan terjadi secara sistematis, melainkan dikarenakan
gagalnya merealisasikan kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.
Kekeliruan dalam
berbahasa disebabkan karena faktor performansi, sedangkan kesalahan berbahasa
disebabkan faktor kompetensi. Faktor performansi meliputi keterbatasan ingatan
atau kelupaan sehingga menyebabkan kekeliruan dalm melafalkan bunyi bahasa,
kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat. Kekeliruan ini bersifat acak,
maksudnya dapat terjadi pada berbagai tataran linguistik. Kekeliruan biasanya
dapat diperbaiki sendiri oleh siswa yang bersangkutan dengan cara lebih mawas
diri dan lebih memusatkan perhatian pada pembelajaran. Sedangkan kesalahan yang
di sebabkan faktor kompetensi adalah kesalahan yang disebabkan siswa belum
memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan berbahasa akan
sering terjadi apabila pemahaman siswa tentang sistem bahasa kurang. Kesalahan
berbahasa dapat berlansung lama apabila tidak diperbaiki. Guru dapat melakukan
perbaikan dengan melalui remedial, latihan, praktik, dan lain sebagainya.
Sebab-sebab terjadinya
kesalahan berbahasa diantaranya:
- Pengertian kacau
- Interferensi
- Logika yang belum masak
- Analogi
- Sembrono
B. KESALAHAN PEMBENTUKAN KATA DAN PEMILIHAN KATA
2.1.
Kesalahan Pembentukan Kata
A.
Kesalahan Bentukan.
Faktor afiksasi memegang peranan
penting dalam pemakaian bahasa Indonesia, khususnya dalam segi pembentukan
kata. Menurut posisinya, afiks atau imbuhan bahasa Indonesia terbagi atas tiga
jenis imbuhan, jenis awalan, akhiran, dan sisipan. Di antara ketiga jenis
imbuhan, jenis yang disebut terakhir tidak begitu produktif dalam peristiwa
pembentukan kata. Karena itu, kesalahan pemakaian jenis imbuhan tersebut tidak
begitu banyak dilakukan para pemakai bahasa Indonesia jika dibandingkan dengan
kedua jenis imbuhan lainnya.
Dalam kata bentuk-bentuk awalan
menduduki posisi awal kata. Awalan yang tinggi frekuensi pemakaiannya yaitu:
awalan meng-, ber-, pe-, ber-, di-, ke-, ter-, dan se-. Di antara awalan itu di
samping ada yang memiliki bentuk yang tetap, terdapat pula yang mengalami
bentuk perubahan bunyi. Hal itu tidak menutup kemungkinan para pemakai bahasa
Indonesia dalam melakukan kesalahan mengucapkan bentuk-bentuk tersebut.
Kesalahan lainnya dapat terjadi dalam segi fungsi awalan itu, baik dalam segi
gramatikalnya maupun semantisnya. Kesalahan-kesalahan dalam pemakaian awalan
akan kita analisis pada bagian pertama modul.
B. Kesalahan Bidang Imbuhan.
Akhiran merupakan jenis imbuhan atau
afiks yang menduduki posisi akhir kata bentukan. Ada tiga macam akhiran
bentukan utama bahasa Indonesia, yaitu akhiran an, kan, dan i. Dalam peristiwa
pembentukan kata ketiga akhiran itu tidak mengalami perubahan bentuk. Contoh:
makan+_an manjadi makanan, lari+ kan menjadi larikan garam+ i menjadi garami.
Ataupun demikian, terdapat
keistimewaan pada peristiwa pembentukan kata dengan –i. Hal ini –i tidak pernah
menghasilkan kata bentukan dari kata dasar yang terakhir dengan fonem i,
misalnya kata dasar lari, mati, suci, padi tidak dapat dibentuk menjadi larii,
matii, suci dan sebagainya.
Dalam prakteknya sering terjadi
penyimpangan pemakaian akhiran baik dalam segi bentuk ataupun fungsinya.
Ditinjau dari segi bentuk kata, pemakaian akhiran i pada contoh kalimat-kalimt
(1) dari sistem akhiran i bahasa Indonesia. Dalam hal ini, kata dasar kursi
berakhir dengan /i/ sehingga tidak mungkin dibentuk lagi dengan akhiran i.
Tetapi, dilihat dari fungsinya i pada kedua bentukan itu berfungsi gramatik;
yaitu membentuk kata kerja transitif. Begitu pula, akhiran tersebut berfungsi
semantik, yaitu mengandung makna “memberikan“ atau “membubuhkan”. Cara lain
untuk mengemukakan maksud atau gagasan yang terkandung dalam bentuk tersebut
yaitu pembentukan kata dengan menggunakan akhiran in seperti terlihat pada
contoh kalimat di bawahnya.
C. Kesalahan Berbahasa dalam
Penggabungan Imbuhan.
Dalam peristiwa pembentukan kata
sering terjadi peristiwa penggabungan imbuhan, baik antara awalan dengan awalan
ataupun antara awalan dengan akhiran. Dalam hal ini terdapat dua macam
penggabungan, yaitu penggabung yang dilakukan secara serempak dan penggabungan
yang dilakukan secara bertahap. Hal yang pertama, misalnya terjadi pada kata
kekuatan, perdebatan, pemukulan. Dalam hal ini ke-an, per-an dan peN-an
secara serempak membentuk ketiga kata bentukan di atas dengan menggunakan kata
dasar kuat, debat dan pukul. Karena kedua macam imbuhan itu masing-masing tidak
berdiri sendiri, maka makna yang dikandungnya pun merupakan satu kesatuan.
Imbuhan seperti itu disebut dengan istilah konfiks. Lain halnya dengan me-kan,
per-kan, memper-kan. Misalnya pada kata menggunakan, pergunakan, mempergunakan.
Dalam hal ini akhiran kan lebih dahulu berfungsi pada kata bentukan itu
daripada me-, per-, memper-. Bentukan imbuhan seperti ini tidak sama fungsinya
dengan konfiks, untuk itu, perhatikan proses bentukan kata-kata di atas.
( 1 ) ke-an +
kuat = kekuatan
per-an+ debat =
perdebatan
peng-an + pukul = pemukulan
( 2 ) guna + kan = gunakan, me+ gunakan =
menggunakan
guna= – kan = gunakan, per-+gunakan = pergunakan
2.2 Kesalahan Pembentukan Dan Pemilihan Kata
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan-kesalahan
pembentukan kata, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis.
a.
Penanggalan
awalan Me-
Penanggalan pada judul cerita dalam surat kabar diperbolehkan.
Namun dalam teks beritanya awalan me- harus eksplisit. Dibawah ini
diperlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Contoh:
1.
Amerika serikat
luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (salah)
Amerika
serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar)
b.
Penggalan
awalan Ber-
Kata-kata yang berawalan ber- sering mengandalkan awalan ber.
Padahal awalan ber harus dieksplisitkan secara jelas. Berikut ini contoh salah
dan benar dalam pemakaian awalan ber.
Contoh:
1.
Sampai jumpa
lagi. (salah)
Sampai
berjumpa lagi. (benar)
c.
Peluluhan bunyi
/c/
Kata dasar yang diawali bunyi c sering menjadi luluh apabila
mendapat awalan me. Padahal tidak seperti itu.
Contoh:
1.
Ali sedang menyuci
mobil. (slah)
Ali
sedang mencuci mobil. (benar)
d.
Penyengauan
kata dasar
Ada gejala penyengauan bunyi awal kata dasar, penggunaan kata dasar
ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya
percampuran antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata
yang salah dalam pemakaian.
Contoh:
Nyopet, mandang, nulis, dan nabrak. Dalam bahasa Indonesia kita
harus menggunakan kata-kata mencopet, memandang, menulis dan menabrak.
e.
Bunyi /s/, /k/,
/p/, dan /t// yang tidak luluh
Kata dasar yang awalnya s, k, p, atau t sering tidak luluh jika
mendapat awalan me atau pe. Padahal menurut kaidah buku bunyi-bunyi itu harus
lebur menjadi bunyi sengau.
Contoh:
1.
Semua warga
negara harus mentaati peraturan yang berlaku. (salah)
Semua
warga negara harus menaati peraturan yang berlaku. (benar)
f.
Awalan Ke- yang Kelirugunaan
Pada
kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter sering diberi
awalan ke. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan yang
tepat.
Contoh:
1.
Pengendara
motor itu meninggal karena ketabrak oleh kereta api (salah)
Pengendara
motor itu meninggal karena tertabrak oleh kereta api (benar)
Perlu diketahui bahwa awalan ke hanya dapat menmpel pada kata
bilangan. Selain didepan kata bilangan, awalan ke tidak dapat dipakai kecuali
pada kata kekasih, kehendak, dan ketua.
g.
Pemakaian kata
akhiran –ir
Pemakaian kata akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa
Indonesia sehari-hari. Padahal dalam bahasa Indonesia baku untuk akhiran –ir
adalah asi atau isasi.
Contoh:
1.
Saya sanggup mengkoordinir
kegiatan itu (salah)
Saya
sanggup mengkoordinasi kegiatan itu (benar)
h.
Padanan yang
tidak serasi
Terjadi ketika pemakaian bahasa yang kurang cermat memilih padanan
yang kurang serasi, yang muncul dalam kehidupan sehari-hari adalah padanan yang
tidak sepadan atau yang tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah yang
berselang, atau yang bergabung dalam sebuah kalimat.
Contoh:
1.
Karena modal
dibank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (salah)
Modal
dibank terbatas sehingga, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (benar)
i.
Pemakaian kata
depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian kata di, ke, dari, bagi,
pada, daripada, dan terhadap sering dipertukarkan.
Contoh:
1.
Putusan dari
pada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)
Putusan pemerintah itu melegakan
hati rakyat. (benar)
j.
Pemakaian
akronim (singkatan)
Yang dimaksud kata singkatan adalah PLO, UI, dan lain-lain.
Sedangkan yang dimaksud bentuk singkat ialah lab (laboratorium), memo
(memorandum) dan lain-lain. Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa indonesiakadang-kadang
tidak teratur.
k.
Penggunaan
kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemungkinan
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan;
kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan; kata pemukiman
bersaing pemakaiannya dengan kata permukiman; kata penalaran bersaing dengan
pernalaran.
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola
yang rapi dan konsisten. Kalau kita perhatikan dengan seksama, bentukan kata
itu memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lain.
Contoh:
Tani, bertani, pertanian
Mukim, bermukim, pemukim, permukiman
l.
Penggunaan kata
yang hemat
Salah satu pang tidak hemat C(C)emakaian bahasa yang efektif adalah
pemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi
sehari-hari sering kita jumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros).
Contoh:
Boros hemat
Sejak dari sejak
atau dari
Agar supaya agar
atau supaya
Mempunyai pendirian berpendirian
Mari kita lihat perbandingan
pemakaian kata yang hemat dan boros berikut.
1.
Apabila suatu
reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlukan tenaga dorong buatan
untuk memproduksi minyak lebih besar. (boros, salah)
Apabila
suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlukan tenaga dorong
buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (hemat, benar)
2.
Untuk
mengekplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi dimana sebagai sumber
devisa negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan
perminyakan. (salah)
Untuk
mengekplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi yang merupakan
sumber devisa negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan
perminyakan. (benar)
m.
Analogi
Didalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju
berkolerasi dengan kata bertinju. Kata bertinju berarti orang yang (biasa)
bertinju bukan orang yang (biasa) meninju.
Dewasa ini banyak dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan
petinju, seperti pesilat, petenis, pesenam, dan lain-lain. Jika dilakukan
demikian, akan tercipta bentukan seperti berikut ini:
Petinju ‘orang yang bertinju’
Pesilat ‘orang yang bersilat’
Petenis ‘orang yang bertenis’
Pesenam ‘orang yang bersenam’
n.
Bentuk jamak
dalam bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari kadang –kadang orang salah menggunakan
bentuk jamak bahasa Indonesiasehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau.
Bentuk jamak dalam bahasa indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut .
1.
Bentuk jamak
dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan seperti:
Kuda-kuda
Meja-meja
Buku-buku
2.
Bentuk jamak
dengan menambah kata bilangan seperti:
Beberapa
meja
Sekalian
tamu
Semua
buku
Dua
tempat
Sepuluh
computer
3.
Bentuk jamak
dengan menambahkan kata bantu jamak seperti:
Para
tamu
4.
Bentuk jamak
dengan menggunakan kata ganti orang seperti:
Mereka,
kita
Kami,
kalian
0.
Penggunaan
dimana, yang mana, hal mana
Kata dimana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata
dimana tersebut harus diganti dengan yang, bahwa, tempat, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
a.
Simpulan
kesalahan berbahasa adalah pemakaian
bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan khususnya suatu bentuk
tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa.
Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang
menyimpang dari kaidah bahasa baku.
Faktor afiksasi memegang peranan
penting dalam pemakaian bahasa Indonesia, khususnya dalam segi pembentukan
kata. Menurut posisinya, afiks atau imbuhan bahasa Indonesia terbagi atas tiga
jenis imbuhan, jenis awalan, akhiran, dan sisipan.
b.
Saran
Dengan penulisan karya ilmiah ini,
penulis menyarankan bahwa dalam penggunaan sebuah bahasa penting adanya karena
kita sebagai mahkluk sosial tidak luput dari sebuah interaksi yang tentunya tak
terlepas dari bahasa. Oleh sebab itu pentingnya penggunaan bahasa yang baik dan
benar harus diketahui. Tak lupa pula penulis menyarankan kepada khalayak
pembaca agar kiranya mampu melakukan kritikan yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
E. Zaenal arifin, S.
Amran tasai, 2008,cermat berbahasa indonesia, akapres
·
http://7assalam9.wordpress.com/kesalahan-pembentukan-dan-pemilihan-kata/
Golden Nugget Hotel and Casino - Mapyro
BalasHapusFind Golden Nugget Hotel and 공주 출장샵 Casino, Las Vegas, Nevada, United States, ratings, photos, 김포 출장샵 prices, expert advice, 하남 출장안마 traveler 전라남도 출장마사지 reviews and 충청남도 출장마사지 tips,