Rabu, 22 Januari 2014

KESALAHAN PEMBENTUKAN DAN PEMILIHAN KATA



MAKALAH
KESALAHAN PEMBENTUKAN DAN PEMILIHAN KATA



DISUSUN:

SUYADI
NPM: 13.11.267
KELAS: C.1.12

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI MANAJEMEN

UNIVERSITAS BATURAJA
TAHUN 2013
DAFTAR ISI


BAB I
PENDAHULULUAN.................................................................................          iii
1.1.LATAR BELAKANG..............................................................          iii
1.2.RUMUSAN MASALAH..........................................................          iv
1.3.TUJUAN....................................................................................          iv
1.4.MANFAAT...............................................................................          v
BAB II
A. PENGERTIAN KESALAHAN BERBAHASA..................................          1
B. KESALAHAN PEMBENTUKAN DAN PEMILIHAN KATA..........          4
2.1.Kesalahan Pembentukan Kata....................................................          4
2.2.Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata............................          6
BAB III
PENUTUP...................................................................................................          12
3.1.KESIMPULAN.........................................................................          12
3.2.SARAN......................................................................................          12
3.3.DAFTAR PUSTAKA................................................................          13




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Bahasa merupakan salah satu milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Salah satu kegiatan manusia yang setiap hari dilakukan adalah berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, bahasa memiliki peranan penting untuk menyampaikan berita.
Untuk menyampaikan berita (pesan, amanat, ide, dan pikiran) dibutuhkan bahasa yang singkat, jelas, dan padat. Fungsinya adalah agar segala sesuatu yang disampaikan mudah dirnengerti. Namun, dalam menggunakan bahasa tersebut pemakai bahasa tetaplah mengikuti kaidah-kaidah atau aturan yang benar karena bahasa yang benar akan dijadikan acuan atau model oleh rnasyarakat pemakai bahasa, clan ragam itu digunakan dalam situasi resmi. Kenyataannya sekarang banyak pemakai bahasa yang tidak menyadari bahwa bahasa yang digunakan tidak benar atau masih terdapat kesalahan-kesalahan.
Dalam pemakaian bahasa sehari-hari sering kita tidak menyadari apakah pemakaian bahasa kita lakukan itu, apakah sudah benar atau tidak. Dalam ilmu bahasa Indonesia, bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang memenuhi kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Akan tetapi kesalahan berbahasa indonesia masih banyak dijumpai dalam lingkungan sekitar kita, baik dalam bahasa lisan maupun tertulis.
Mata kuliah ini membahas hakikat analisis kesalahan berbahasa dilihat dari kesalahan pembentukan dan pemilihan kata, sumber kesalahan dan proses terjadinya kesalahan berbahasa, jenis-jenis dan klasifikasi kesalahan berbahasa.




1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang  di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Pengertian Kesalahan Berbahasa ?
2.      Kesalahan Pembentukan Kata ?
3.      Kesalahan Pembentukan Dan Pemilihan Kata ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan – tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Menjelaskan Pengertian Kesalahan Berbahasa
2.      Menjelaskan Kesalahan Pembentukan Kata
3.      Menjelaskan Kesalahan Pembentukan Dan Pemilihan Kata
1.4
















A. Pengertian Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. S. Piet Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistik menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa. Pelanggaran ini disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan pengetahuan terhadap kode. Kesalahan berbahasa tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari B2 (bahasa yang dipelajari siswa), tetapi juga dibuat siswa yang belajar B1 (bahasa ibu).
Sedangkan analisis kesalahan berbahasa adalah suatu cara atau langkah kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan berbahasa.

Kesalahan berbahasa biasanya ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan. Apakah bahasa (ujaran atau tulisan) si pembelajar bahasa itu berterima atau tidak bagi penutur asli atau pengajarnya. Jadi, jika pembelajar bahasa Indonesia membuat kesalahan, maka ukuran yang digunakan adalah apakah kata atau kalimat yang digunakan pembelajar benar atau salah menurut penutur asli bahasa Indonesia. Jika kata atau kalimat yang digunakan pembelajar bahasa tadi salah, dikatakan pembelajar bahasa membuat kesalahan. Ukuran berbahasa yang baik ini adalah ukuran intrabahasa atau intralingual. Ukuran kesalahan dan ketidaksalahan intrabahasa adalah ukuran kebahasaan. Ukuran kebahasaan meliputi :
  • fonologi(tata bunyi)
  • morfologi(tata kata)
  • sintaksis(tata kalimat)
  • semantic(tata makna)
Seorang pakar linguistik Noam Comsky membedakan antara kesalahan berbahasa(error) dengan kekeliruan berbahasa(mistake), keduanya memang sama-sama pemakaian bentuk tuturan yang menyimpang, akan tetapi kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis karena belum dikuasainya kaidah bahasa yang benar. Sedangkan kekeliruan berbahasa bukan terjadi secara sistematis, melainkan dikarenakan gagalnya merealisasikan kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.
Kekeliruan dalam berbahasa disebabkan karena faktor performansi, sedangkan kesalahan berbahasa disebabkan faktor kompetensi. Faktor performansi meliputi keterbatasan ingatan atau kelupaan sehingga menyebabkan kekeliruan dalm melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat. Kekeliruan ini bersifat acak, maksudnya dapat terjadi pada berbagai tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh siswa yang bersangkutan dengan cara lebih mawas diri dan lebih memusatkan perhatian pada pembelajaran. Sedangkan kesalahan yang di sebabkan faktor kompetensi adalah kesalahan yang disebabkan siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan berbahasa akan sering terjadi apabila pemahaman siswa tentang sistem bahasa kurang. Kesalahan berbahasa dapat berlansung lama apabila tidak diperbaiki. Guru dapat melakukan perbaikan dengan melalui remedial, latihan, praktik, dan lain sebagainya.
Sebab-sebab terjadinya kesalahan berbahasa diantaranya:
  • Pengertian kacau
  • Interferensi
  • Logika yang belum masak
  • Analogi
  • Sembrono














B. KESALAHAN PEMBENTUKAN KATA DAN PEMILIHAN KATA
2.1. Kesalahan Pembentukan Kata
A.    Kesalahan Bentukan.
Faktor afiksasi memegang peranan penting dalam pemakaian bahasa Indonesia, khususnya dalam segi pembentukan kata. Menurut posisinya, afiks atau imbuhan bahasa Indonesia terbagi atas tiga jenis imbuhan, jenis awalan, akhiran, dan sisipan. Di antara ketiga jenis imbuhan, jenis yang disebut terakhir tidak begitu produktif dalam peristiwa pembentukan kata. Karena itu, kesalahan pemakaian jenis imbuhan tersebut tidak begitu banyak dilakukan para pemakai bahasa Indonesia jika dibandingkan dengan kedua jenis imbuhan lainnya.
Dalam kata bentuk-bentuk awalan menduduki posisi awal kata. Awalan yang tinggi frekuensi pemakaiannya yaitu: awalan meng-, ber-, pe-, ber-, di-, ke-, ter-, dan se-. Di antara awalan itu di samping ada yang memiliki bentuk yang tetap, terdapat pula yang mengalami bentuk perubahan bunyi. Hal itu tidak menutup kemungkinan para pemakai bahasa Indonesia dalam melakukan kesalahan mengucapkan bentuk-bentuk tersebut. Kesalahan lainnya dapat terjadi dalam segi fungsi awalan itu, baik dalam segi gramatikalnya maupun semantisnya. Kesalahan-kesalahan dalam pemakaian awalan akan kita analisis pada bagian pertama modul.

B.     Kesalahan Bidang Imbuhan.
Akhiran merupakan jenis imbuhan atau afiks yang menduduki posisi akhir kata bentukan. Ada tiga macam akhiran bentukan utama bahasa Indonesia, yaitu akhiran an, kan, dan i. Dalam peristiwa pembentukan kata ketiga akhiran itu tidak mengalami perubahan bentuk. Contoh: makan+_an manjadi makanan, lari+ kan menjadi larikan garam+ i menjadi garami.
Ataupun demikian, terdapat keistimewaan pada peristiwa pembentukan kata dengan –i. Hal ini –i tidak pernah menghasilkan kata bentukan dari kata dasar yang terakhir dengan fonem i, misalnya kata dasar lari, mati, suci, padi tidak dapat dibentuk menjadi larii, matii, suci dan sebagainya.
Dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan pemakaian akhiran baik dalam segi bentuk ataupun fungsinya. Ditinjau dari segi bentuk kata, pemakaian akhiran i pada contoh kalimat-kalimt (1) dari sistem akhiran i bahasa Indonesia. Dalam hal ini, kata dasar kursi berakhir dengan /i/ sehingga tidak mungkin dibentuk lagi dengan akhiran i. Tetapi, dilihat dari fungsinya i pada kedua bentukan itu berfungsi gramatik; yaitu membentuk kata kerja transitif. Begitu pula, akhiran tersebut berfungsi semantik, yaitu mengandung makna “memberikan“ atau “membubuhkan”. Cara lain untuk mengemukakan maksud atau gagasan yang terkandung dalam bentuk tersebut yaitu pembentukan kata dengan menggunakan akhiran in seperti terlihat pada contoh kalimat di bawahnya.

C.    Kesalahan Berbahasa dalam Penggabungan Imbuhan.
Dalam peristiwa pembentukan kata sering terjadi peristiwa penggabungan imbuhan, baik antara awalan dengan awalan ataupun antara awalan dengan akhiran. Dalam hal ini terdapat dua macam penggabungan, yaitu penggabung yang dilakukan secara serempak dan penggabungan yang dilakukan secara bertahap. Hal yang pertama, misalnya terjadi pada kata kekuatan, perdebatan, pemukulan. Dalam  hal ini ke-an, per-an dan peN-an secara serempak membentuk ketiga kata bentukan di atas dengan menggunakan kata dasar kuat, debat dan pukul. Karena kedua macam imbuhan itu masing-masing tidak berdiri sendiri, maka makna yang dikandungnya pun merupakan satu kesatuan. Imbuhan seperti itu disebut dengan istilah konfiks. Lain halnya dengan me-kan, per-kan, memper-kan. Misalnya pada kata menggunakan, pergunakan, mempergunakan. Dalam hal ini akhiran kan lebih dahulu berfungsi pada kata bentukan itu daripada me-, per-, memper-. Bentukan imbuhan seperti ini tidak sama fungsinya dengan konfiks, untuk itu, perhatikan proses bentukan kata-kata di atas.
( 1 )  ke-an + kuat         = kekuatan
per-an+ debat      = perdebatan
peng-an + pukul  = pemukulan
( 2 )  guna + kan = gunakan, me+ gunakan  = menggunakan
guna= – kan = gunakan, per-+gunakan = pergunakan

2.2 Kesalahan Pembentukan Dan Pemilihan Kata
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan-kesalahan pembentukan kata, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis.
a.       Penanggalan awalan Me-
Penanggalan pada judul cerita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun dalam teks beritanya awalan me- harus eksplisit. Dibawah ini diperlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Contoh:
1.      Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (salah)
Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar)
b.      Penggalan awalan Ber-
Kata-kata yang berawalan ber- sering mengandalkan awalan ber. Padahal awalan ber harus dieksplisitkan secara jelas. Berikut ini contoh salah dan benar dalam pemakaian awalan ber.
Contoh:
1.      Sampai jumpa lagi. (salah)
Sampai berjumpa lagi. (benar)
c.       Peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawali bunyi c sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me. Padahal tidak seperti itu.
Contoh:
1.      Ali sedang menyuci mobil. (slah)
Ali sedang mencuci mobil. (benar)
d.      Penyengauan kata dasar
Ada gejala penyengauan bunyi awal kata dasar, penggunaan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya percampuran antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian.
Contoh:
Nyopet, mandang, nulis, dan nabrak. Dalam bahasa Indonesia kita harus menggunakan kata-kata mencopet, memandang, menulis dan menabrak.
e.       Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t// yang tidak luluh
Kata dasar yang awalnya s, k, p, atau t sering tidak luluh jika mendapat awalan me atau pe. Padahal menurut kaidah buku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau.
Contoh:
1.      Semua warga negara harus mentaati peraturan yang berlaku. (salah)
Semua warga negara harus menaati peraturan yang berlaku. (benar)



f.       Awalan Ke- yang Kelirugunaan
Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter sering diberi awalan ke. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan yang tepat.
Contoh:
1.      Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh kereta api (salah)
Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh kereta api (benar)
Perlu diketahui bahwa awalan ke hanya dapat menmpel pada kata bilangan. Selain didepan kata bilangan, awalan ke tidak dapat dipakai kecuali pada kata kekasih, kehendak, dan ketua.
g.      Pemakaian kata akhiran –ir
Pemakaian kata akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal dalam bahasa Indonesia baku untuk akhiran –ir adalah asi atau isasi.
Contoh:
1.      Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu (salah)
Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu (benar)
h.      Padanan yang tidak serasi
Terjadi ketika pemakaian bahasa yang kurang cermat memilih padanan yang kurang serasi, yang muncul dalam kehidupan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau yang tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah yang berselang, atau yang bergabung dalam sebuah kalimat.
Contoh:
1.      Karena modal dibank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (salah)
Modal dibank terbatas sehingga, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (benar)
i.        Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian kata di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap sering dipertukarkan.

Contoh:
1.      Putusan dari pada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)
Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)
j.        Pemakaian akronim (singkatan)
Yang dimaksud kata singkatan adalah PLO, UI, dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud bentuk singkat ialah lab (laboratorium), memo (memorandum) dan lain-lain. Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa indonesiakadang-kadang tidak teratur.
k.      Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemungkinan
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan; kata pemukiman bersaing pemakaiannya dengan kata permukiman; kata penalaran bersaing dengan pernalaran.
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan konsisten. Kalau kita perhatikan dengan seksama, bentukan kata itu memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lain.
Contoh:
Tani, bertani, pertanian
Mukim, bermukim, pemukim, permukiman
l.        Penggunaan kata yang hemat
Salah satu pang tidak hemat C(C)emakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari-hari sering kita jumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros).
Contoh:
Boros                                       hemat
Sejak dari                                sejak atau dari
Agar supaya                            agar atau supaya
            Mempunyai pendirian berpendirian
Mari kita lihat perbandingan pemakaian kata yang hemat dan boros berikut.
1.      Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlukan tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (boros, salah)
Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlukan tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (hemat, benar)
2.      Untuk mengekplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi dimana sebagai sumber devisa negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (salah)
Untuk mengekplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi yang merupakan sumber devisa negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (benar)
m.    Analogi
Didalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkolerasi dengan kata bertinju. Kata bertinju berarti orang yang (biasa) bertinju bukan orang yang (biasa) meninju.
Dewasa ini banyak dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesilat, petenis, pesenam, dan lain-lain. Jika dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti berikut ini:
Petinju ‘orang yang bertinju’
Pesilat ‘orang yang bersilat’
Petenis ‘orang yang bertenis’
Pesenam ‘orang yang bersenam’
n.      Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari kadang –kadang orang salah menggunakan bentuk jamak bahasa Indonesiasehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut .
1.      Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan seperti:
Kuda-kuda
Meja-meja
Buku-buku
2.      Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan seperti:
Beberapa meja
Sekalian tamu
Semua buku
Dua tempat
Sepuluh computer
3.      Bentuk jamak dengan menambahkan kata bantu jamak seperti:
Para tamu
4.      Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti:
Mereka, kita
Kami, kalian
0.      Penggunaan dimana, yang mana, hal mana
Kata dimana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata dimana tersebut harus diganti dengan yang, bahwa, tempat, dan sebagainya.












BAB III
PENUTUP


a.      Simpulan
kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan  khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku.
Faktor afiksasi memegang peranan penting dalam pemakaian bahasa Indonesia, khususnya dalam segi pembentukan kata. Menurut posisinya, afiks atau imbuhan bahasa Indonesia terbagi atas tiga jenis imbuhan, jenis awalan, akhiran, dan sisipan.

b.      Saran
Dengan penulisan karya ilmiah ini, penulis menyarankan bahwa dalam penggunaan sebuah bahasa penting adanya karena kita sebagai mahkluk sosial tidak luput dari sebuah interaksi yang tentunya tak terlepas dari bahasa. Oleh sebab itu pentingnya penggunaan bahasa yang baik dan benar harus diketahui. Tak lupa pula penulis menyarankan kepada khalayak pembaca agar kiranya mampu melakukan kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah yang selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA


·         E. Zaenal arifin, S. Amran tasai, 2008,cermat berbahasa indonesia, akapres
·         http://7assalam9.wordpress.com/kesalahan-pembentukan-dan-pemilihan-kata/





1 komentar:

  1. Golden Nugget Hotel and Casino - Mapyro
    Find Golden Nugget Hotel and 공주 출장샵 Casino, Las Vegas, Nevada, United States, ratings, photos, 김포 출장샵 prices, expert advice, 하남 출장안마 traveler 전라남도 출장마사지 reviews and 충청남도 출장마사지 tips,

    BalasHapus